Pages

Senin, 19 Agustus 2013

Pagi Bercerita



Tepatnya hari sabtu, 17 Agustus 2013... di Televisi, Radio, facebook dan sosial media lainya bahkan di Search Engine Google pun semuanya bertemakan Kemerdekaan, semua yang dibicarakan tentang Kemerdekaan. Tentang semangat Kemerdekaan, tentang Pejuang bangsa kita.

Di sini, di Bandung, saya hanya duduk menikmati hangatnya matahari pagi, tidak seperti dulu masa-masa kuliah di Universitas Mataram, harus mengikuti Upacara bendera di depan Rektorat. Namun yang menjadi masalahnya waktu di Mataram tidak pernah memaknai hari kemerdekaan itu sendiri, yang ada hanya mengisi daftar hadir agar tidak di coret di daftar penerima beasiswa... tapi sekarang sedikit berbeda,.

Semua mengenang tentang para pejuang, saya pun begitu, mengenang pejuang yang telah wafat meninggalkan kita semua. Sempat berpikir zaman sudah merdeka, tentu tidak ada lagi pejuang-pejuang kemerdekaan. Terlintas dalam pikiran, entah itu bisikan dari mana... aku tak tahu... saya juga ternyata adalah seorang Pejuang,. Pembaca akan sendikit tersenyum sinis dengan pernyataan itu... pejuang dari mana..? pejuang dari hongkong,.. eits sebentar dulu bray,. Saya tidak mengatakan bahwa diri saya seorang pejuang kemerdekaan... tapi pejuang saja kan..!

Pejuang, kenapa saya ada di bandung,  Rela harus jauh dari kampung halaman, rela jauh dari keluarga, rela jauh dari sahabat2, rela keluar dari zona nyaman,,. Itu karena perjuangan,. Perjuangan mengejar mimpi. Mimpi yang sempat tertunda.

Dulu sewaktu SMA, ingin sekali kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, karena pada saat itu Kabupaten Dompu melakukan kerja sama dengan pihak Universitas Pendidikan Indonesia untuk membimbing calon guru profesional... katanya...!!!  

Namun, takdir berkata lain, pada saat tamat SMA Tahun 2007, saat itu hubungan kerja sama sudah berakhir. Begitu kecewanya saya. Kuliah di  bidang kesehatan gagal, gagal ikut SPMB, dan akhirnya harus ikut tes Mandiri di Universitas Mataram. Itupun karena terpaksa, Alhamdulillah setelah melewati tes Akademik dan wawancara, akhirnya bisa diterima juga.

Saya harus meyakini bahwa inilah yang terbaik buat saya, teman-temanku dengan gayanya memakai seragam Putih-putih, sementara diriku kuliah di PGSD, namun, saya harus membuktikan kepada dunia, bahwa kuliah di PGSD pun menjanjikan. Perjuangan pun dimulai.

Singkat cerita pagi Itu, tepatnya 27 Agustus 2011 gelar Sarjana Pendidikan pun menempel di belakang namaku, semua turut berbahagia, begitu juga dengan teman-teman sekelas, temen seperjuangan, semuanya mengupload foto-foto wisudanya,.hanya Wiwin (temen sekelas yang paling pintar menulis) dan sayalah yang belum pernah manguploadnya. Karena wisuda itu bukan akhir dari perjuangan, tapi awal dari perjuangan yang sesungguhnya. Setelah wisuda mau ngapain, mau kerja di SD mana, belum tentu lagi diterima.

Ingin segera melanjutkan ke Jenjang Magister, namun jagoan kecil (my brother) tahun itu juga mulai menginjakkan kakinya di dunia kampus. Saya pun mengurungkan niat untuk melanjutkan kuliah. Mengabdi deh setahun di SD, dengan gaji hanya Rp.450.000/triwulan. Lumayan ya, di bilang sedikit. Sedikit banget, tapi syukuri sajalah. Beberapa bulan kemudian dapat informasi dari si jagoan bahwa permohonan beasiswa bidik misi yang di ajukan lolos seleksi. Subhanallah, di tengah sempitnya masalah ekonomi, ada saja keajaiban demi keajaiban yang diperlihatkan Sang penguasa langit dan bumi. Dari rumah yang belum memiliki rekening listrik sendiri karena baru di bangun, berkat beasiswa sang Jagoan, bisa menambah biaya instalasi pemasangan listrik sendiri.  

Itu baru Satu,, Ingat ya. Baru satu.. dan masih banyak yang lain. Kalau diceritakan semua 3 hari mungkin belum selesai.

Setahun pun telah berlalu, mimpi dan cita-cita harus tetap di perjuangkan. Waktu itu, 30 Maret 2013 dengan diam-diam dan tanpa diketahui oleh siapapun saya harus membuat komitmen terhadap diri saya sendiri. Saya tulis apa mimpi yang belum terwujud, agar selalu bisa dilihat dan tidak bisa dilupakan. Langkah pertama yang saya lakukan adalah melihat koper yang ada di kamar bidadari syurgaku.. ya... bidadari syurga ku... dialah IBU ku...

Pakaian pun dikemas dan dimasukan ke dalam koper, tanpa ku berpikir ada atau tidak biaya untuk melanjutkan kuliah ke jenjang strata 2,. Di bilang egois, iya juga. Tapi dengan berada di rumah, tanpa bisa berbuat banyak untuk bidadari syurga ku kapan bisa membahagiakan dan membanggakan mereka. Kapan. Dengan memberikan sedikit pemahaman dan meracuni pikiran mereka tentang mimpi gila ini, mereka pun mengusahakan agar bisa berangkat dulu, bukan memikirkan SPPnya terlebih dahulu.

Setelah mendapat restu dari mereka, hal pertama yang dilakukan adalah konsultasi kepada guru matematika waktu ku SMA dan sekarang beliau sedang melanjutkan studinya di UPI. Keinginan awal ingin mendaftar di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), tapi beliau menganjurkan kenapa tidak  ikut dulu di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), bukankah di sana kampus pendidikan terbaik, saya menjawab, saya pikir saya tidak mampu lulus di sana, “saya tidak mau berharap banyak, karena semakin besar harapan akan sebanding dengan kekecewaan”,  guruku pun kembali mengeluarkan statementnya, sampai aku yakin, dan ujung-ujungnya ikut tes juga di UPI. Dan akhirnya bisa diterima juga. Namun itu bukan karena hebat ku, tapi karena do’a tulus dari orang-orang tersayang.  Terima kasih semuanya.

Perjuangan dimulai lagi, Mulai masuk dalam belenggu akademik,.

Mulai Lagi, Kuliah lagi, Tugas lagi, UTS lagi UAS lagi, Fokus dengan cita-cita dan Mimpi, masalah CINTA,. Nanti saja. Tunggu cinta yang halal saja.

Dan inilah nasehat untuk diri saya sendiri di moment Kemerdekaan RI ke 68.


“ Edison, jadilah kamu Pejuang di Zaman ini yang tidak kenal kata menyerah untuk sebuah cita-cita dalam hidup mu”.

2 komentar:

Parlina Wi mengatakan...

Semangat brooo! ternyata kita sama, pernah mengecap meja honorer :) dikau sekarang sedang menjejaki mimpi, ane sendiri sedang buat peta... semoga sukses dan mulia... :)

Unknown mengatakan...

Aamiin,,,,. Parlina Wi Juga tetap semangat ya... :)