Pages

Jumat, 11 April 2014

Kamu tahu

            Siang itu, sempat ngobrol dengan Abi (seorang guru SMA yang sudah dianggap seperti ayah) tentang sebuah cerita. ya cerita, cerita tentang sebuah koper tua dan tas kecil yang menyeret mimpi pemiliknya untuk meninggalkan tempat dia dilahirkan. Abi bercerita, bagaimana ayah dan ibu ke rumah menceritakan kenekatan anaknya untuk merantau untuk kembali belajar dan belajar. Sehingga tulisan ini dibuat untuk mengingat kembali tentang kisah itu.

***
Sabtu, 30 Maret 2013.

Sebuah surat kecil yang isinya tentang pernyataan dan beberapa serpihan-serpihan mimpi yang masih bisa diingat...

"Saya membuat komitmen ini untuk menjadi bahagia di masa depan. saya sadar bahwa kebahagiaan itu merupakan proses, tidak datang begitu saja, saya akan menemukan impian saya dan berbuat sebisa saya untuk:


1. Melanjutkan Studi pascasarjana Pendidikan Dasar
2. Menanggung biaya pendidikan saudara
3. Menanggung biaya keberangkatan Ayah di suatu tempat yang paling mulia menurutnya.
4. ..........................................................................
5. ..........................................................................
6. ..........................................................................
7. ..........................................................................
8. ..........................................................................

Walaupun banyak rintangan, perampok atau orang yang melecehkan diri saya untuk menyusun mimpi melalui kuliah yang baik, kerja keras dan tetap semangat. Saya akan melakukan apapun untuk mewujudkan mimpi itu”.


                                                                                                                           "  Adhi "
                                                                                                                       .......................


ya, seperti itulah adanya isi surat itu.

Dengan koper tua dan tas kecil yang baru diganti resletingnya yang rusak, tak ada yang tau kenapa koper itu di keluarkan dari tempat penyimpanan dan dibersihkan. Tidak ada yang bertanya, hanya melihat koper itu dibersihkan. Mungkin dalam hati mereka mengatakan "tumben anak ini rajin bersih-bersih, mencuci, menyetrika, merapikan tempat tidurnya", kerasukan jin baik dari mana sampai dia mau melakukan hal ini.


       Keesokkan harinya. kamu tau Handphone Nokia 7610?  Ya. biasa disebut HP daun. Dengan HP itu, dia mencari dan menemukan informasi penerimaan mahasiswa baru pascasarjana dan menemukan 2 kampus yang akan menjadi tujuannya melanjutkan studi. Malamnya, tepat di depan ruang tamu dengan kursi seadanya dan disaksikan dinding bata,  niat itu disampaikan ke Ayah dan ibunya, dengan presentasi yang begitu meyakinkan, padahal sebenarnya dia juga tidak percaya kalau orang tuanya bakalan memberikan restu karena untuk hidup sehari-hari saja itu belum cukup apalagi untuk melanjutkan kuliah dan itu sangat mustahil. Dan kamu tahu?  hari itu Ayah dan ibu menangis karena tidak percaya dengan niat gila ini. Dalam pikiran mereka, jika ini tidak dituruti, dikhawatirkan anak ini bakalan stress karena tidak terpenuhi apa yang diinginkannya.


***
Senin, 01 April 2013.


      Lonceng dari pacul bekas dipukul oleh salah seorang guru olahraga di sekolah itu berdering yang menandakan waktu upacara bendera akan segera dimulai. Pasukan merah putih lengkap dengan topi dan dasi berkumpul dan berbaris di lapangan. Hari itu kepala sekolah tidak bisa menjadi pembina upacara karena masih kurang sehat sehingga diamanahkan ke anak ini. Sebenarnya malu juga, seorang guru sukarela tanpa gaji itu berdiri di tengah lapangan dengan terik matahari yang begitu menyilaukan mata berbicara di depan anak-anak SD dan guru-guru lain. Kenapa harus dia, bukankah masih ada yang lain yang lebih senior.

      Pembawa acara dengan seragam merah putih lengkap dengan topi dan dasinya membacakan acara selanjutnya. “ Amanat “ kira-kira itu kata-kata yang sempat terdengar, pemimpin upacara mengistirahatkan semua barisannya. Pembina upacara dengan seragam hijau dan sepatu tua bekas ayahnyapun menyampaikan amanat tentang jalannya upacara dan pesan buat anak-anak tentang sesuatu yang mungkin perlu untuk disampaikan juga. Namun, dia tidak menyampaikan atau berpamitan kepada siswa ataupun guru lain kalau dia bakalan pergi meninggalkan sekolah untuk waktu yang belum ditentukan. Sebenarnya tidak baik dan tidak boleh ditiru, tapi dia memiliki pertimbangan lain dan cara berpikirnyapun berbeda dengan orang kebanyakkan. Tidak ada yang perlu dibesar-besarkan, tidak ada yang perlu tahu. Kenapa..? menurutnya jika itu disampaikan ke orang lain, maka akan banyak komentar dan itu tidak sehat untuk kedua telinganya.

            Hari itu adalah hari terakhir berada di sekolah, hari itu juga terakhir seragam hijau dipakai, hari itu juga harus meninggalkan rumah  dengan tembok bata serta lantai yang beralaskan ubin seadanya untuk waktu yang belum ditentukan. Dengan koper tua dan tas kecil dipunggungnya, jaket hijau tua yang dipakainya dengan ditemani angin yang berhembus, dia mengatakan, Selamat tinggal kampung halaman, selamat tinggal Ayah dan Ibu, selamat tinggal kakak dan adekku tercinta. Ini bukan untuk ku, tapi untuk kita.

* * *
To be continue