Tepatnya
hari sabtu, 17 Agustus 2013... di Televisi,
Radio, facebook dan sosial media lainya bahkan di Search Engine Google pun semuanya bertemakan
Kemerdekaan, semua yang dibicarakan tentang Kemerdekaan. Tentang semangat
Kemerdekaan, tentang Pejuang bangsa kita.
Di sini, di
Bandung, saya hanya duduk menikmati hangatnya matahari pagi, tidak seperti dulu
masa-masa kuliah di Universitas Mataram, harus mengikuti Upacara bendera di
depan Rektorat. Namun yang menjadi masalahnya waktu di Mataram tidak pernah memaknai
hari kemerdekaan itu sendiri, yang ada hanya mengisi daftar hadir agar tidak di
coret di daftar penerima beasiswa... tapi sekarang sedikit berbeda,.
Semua
mengenang tentang para pejuang, saya pun begitu, mengenang pejuang yang telah
wafat meninggalkan kita semua. Sempat berpikir zaman sudah merdeka, tentu tidak
ada lagi pejuang-pejuang kemerdekaan. Terlintas dalam pikiran, entah itu
bisikan dari mana... aku tak tahu... saya juga ternyata adalah seorang Pejuang,.
Pembaca akan sendikit tersenyum sinis dengan pernyataan itu... pejuang dari
mana..? pejuang dari hongkong,.. eits sebentar dulu bray,. Saya tidak
mengatakan bahwa diri saya seorang pejuang kemerdekaan... tapi pejuang saja
kan..!
Pejuang,
kenapa saya ada di bandung, Rela harus
jauh dari kampung halaman, rela jauh dari keluarga, rela jauh dari sahabat2,
rela keluar dari zona nyaman,,. Itu karena perjuangan,. Perjuangan mengejar
mimpi. Mimpi yang sempat tertunda.
Dulu
sewaktu SMA, ingin sekali kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, karena
pada saat itu Kabupaten Dompu melakukan kerja sama dengan pihak Universitas
Pendidikan Indonesia untuk membimbing calon guru profesional... katanya...!!!
Namun,
takdir berkata lain, pada saat tamat SMA Tahun 2007, saat itu hubungan kerja
sama sudah berakhir. Begitu kecewanya saya. Kuliah di bidang kesehatan gagal, gagal ikut SPMB, dan
akhirnya harus ikut tes Mandiri di Universitas Mataram. Itupun karena terpaksa,
Alhamdulillah setelah melewati tes Akademik dan wawancara, akhirnya bisa
diterima juga.
Saya harus
meyakini bahwa inilah yang terbaik buat saya, teman-temanku dengan gayanya
memakai seragam Putih-putih, sementara diriku kuliah di PGSD, namun, saya harus
membuktikan kepada dunia, bahwa kuliah di PGSD pun menjanjikan. Perjuangan pun
dimulai.
Singkat
cerita pagi Itu, tepatnya 27 Agustus 2011 gelar Sarjana Pendidikan pun menempel
di belakang namaku, semua turut berbahagia, begitu juga dengan teman-teman
sekelas, temen seperjuangan, semuanya mengupload foto-foto wisudanya,.hanya Wiwin
(temen sekelas yang paling pintar menulis) dan sayalah yang belum pernah
manguploadnya. Karena wisuda itu bukan akhir dari perjuangan, tapi awal dari
perjuangan yang sesungguhnya. Setelah wisuda mau ngapain, mau kerja di SD mana,
belum tentu lagi diterima.
Ingin
segera melanjutkan ke Jenjang Magister, namun jagoan kecil (my brother) tahun
itu juga mulai menginjakkan kakinya di dunia kampus. Saya pun mengurungkan niat
untuk melanjutkan kuliah. Mengabdi deh setahun di SD, dengan gaji hanya Rp.450.000/triwulan.
Lumayan ya, di bilang sedikit. Sedikit banget, tapi syukuri sajalah. Beberapa
bulan kemudian dapat informasi dari si jagoan bahwa permohonan beasiswa bidik
misi yang di ajukan lolos seleksi. Subhanallah, di tengah sempitnya masalah ekonomi,
ada saja keajaiban demi keajaiban yang diperlihatkan Sang penguasa langit dan
bumi. Dari rumah yang belum memiliki rekening listrik sendiri karena baru di
bangun, berkat beasiswa sang Jagoan, bisa menambah biaya instalasi pemasangan
listrik sendiri.
Itu baru
Satu,, Ingat ya. Baru satu.. dan masih banyak yang lain. Kalau diceritakan
semua 3 hari mungkin belum selesai.
Setahun pun
telah berlalu, mimpi dan cita-cita harus tetap di perjuangkan. Waktu itu, 30
Maret 2013 dengan diam-diam dan tanpa diketahui oleh siapapun saya harus
membuat komitmen terhadap diri saya sendiri. Saya tulis apa mimpi yang belum
terwujud, agar selalu bisa dilihat dan tidak bisa dilupakan. Langkah pertama
yang saya lakukan adalah melihat koper yang ada di kamar bidadari syurgaku.. ya...
bidadari syurga ku... dialah IBU
ku...
Pakaian pun
dikemas dan dimasukan ke dalam koper, tanpa ku berpikir ada atau tidak biaya
untuk melanjutkan kuliah ke jenjang strata 2,. Di bilang egois, iya juga. Tapi
dengan berada di rumah, tanpa bisa berbuat banyak untuk bidadari syurga ku
kapan bisa membahagiakan dan membanggakan mereka. Kapan. Dengan memberikan
sedikit pemahaman dan meracuni pikiran mereka tentang mimpi gila ini, mereka
pun mengusahakan agar bisa berangkat dulu, bukan memikirkan SPPnya terlebih
dahulu.
Setelah
mendapat restu dari mereka, hal pertama yang dilakukan adalah konsultasi kepada
guru matematika waktu ku SMA dan sekarang beliau sedang melanjutkan studinya di
UPI. Keinginan awal ingin mendaftar di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),
tapi beliau menganjurkan kenapa tidak
ikut dulu di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), bukankah di sana
kampus pendidikan terbaik, saya menjawab, saya pikir saya tidak mampu lulus di
sana, “saya tidak mau berharap banyak, karena semakin besar harapan akan
sebanding dengan kekecewaan”, guruku pun
kembali mengeluarkan statementnya, sampai aku yakin, dan ujung-ujungnya ikut
tes juga di UPI. Dan akhirnya bisa diterima juga. Namun itu bukan karena hebat
ku, tapi karena do’a tulus dari orang-orang tersayang. Terima kasih semuanya.
Perjuangan
dimulai lagi, Mulai masuk dalam belenggu akademik,.
Mulai Lagi, Kuliah lagi, Tugas
lagi, UTS lagi UAS lagi, Fokus dengan cita-cita dan Mimpi, masalah CINTA,. Nanti
saja. Tunggu cinta yang halal saja.
Dan inilah nasehat untuk diri saya
sendiri di moment Kemerdekaan RI ke 68.
“ Edison, jadilah kamu Pejuang di
Zaman ini yang tidak kenal kata menyerah untuk sebuah cita-cita dalam hidup mu”.