Pages

Selasa, 20 Agustus 2013

Ending yang tidak terduga

Setidaknya seharian itu, saya ingin menulis apa saja, walau tidak terlalu penting isinya, menulis, mengingat dan bercerita masa-masa kuliah di Universitas Mataram, masa-masa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) , masa-masa di sekolah itu.

 Tahun 2011 lalu, saya dan beberapa teman sekelas ditugaskan untuk mengajar di salah satu sekolah di Kab.Lobar. Banyak sekali pengalaman yang  dialami di sekolah itu, dari kepala sekolahnya yang selalu minta dianterin; dianterin ke kantor camat, ke rumahnya, ke pasar, bawain barang belanjaannya, anterin pulang, menyelesaikan berbagai administrasi sekolah, mengajari guru tentang Program Microsoft Office, menghadapi  kelakuan anak SD yang aneh-aneh lah. Belum lagi anak TK yang tiap kali melihat saya selalu menangis merasa ketakutan, segitu seremkah saya sampai melihat saja tidak berani. Padahal saya senang sekali bermain-main dengan anak kecil, lagi lucu-lucunya tuh, melihat senyum polos mereka dan tentu dengan gigi ompongnya, Seakan menambah kedamaian di hati. Huuft, itulah beling-beling keluh kesah selama ada disana.

Tapi, ada satu moment  yang paling saya senangi saat PPL, yaitu ketika kami mengajar di kelas dua, kenapa,,,? karena anaknya pintar-pintar. “Pintar bermain dengan kata”.  

Saat itu, temen saya sebut saja Ibu Pendongeng kata, ibu itu ingin mempraktekkan Pembelajaran PAIKEM seperti yang diajarkan di dunia kampus. Ternyata model pembelajaran yang diterapkan itu efektif juga sih.

Anak-anak dengan asyiknya mengarang sesuai dengan Maping yang di tempel oleh gurunya di papan tulis, serasa pensil mereka menari-nari di atas kertas, sangat menikmati pembelajaran yang jarang mereka lakukan, dan hasil karangan mereka pun cukup bagus kok. Ada-ada saja yang ditulis, saat itu mereka mengarang tentang Pangeran berkuda dan Tuan Putri. Sungguh di luar dugaan, anak-anak itu  tidak menjiplak ataupun mengikuti kumpulan dongeng seribu satu malam. Benar-benar kreatif, kira-kira begini pecahan-pecahan kalimat yang ditulis di akhir cerita mereka;

“Akhirnya, Sang Pangeran berkuda menikah  dengan nenek sihir dan merekapun hidup bahagia, selamanya. Selesai”. Wah, putrinya yang hilang bukan nenek sihirnya. sungguh ending yang tidak terduga.

Tapi tidak apa-apa, mereka cukup pintar kok dalam mengarang, buktinya saja berhasil menyelesaikannya. saya keberatan kalau ada yang mengatakan, Ah itu sih biasa saja, Untuk ukuran anak SD kelas II, itu sudah luar biasa, kenapa...?
Karena pada masa itu dengan pengetahuan baru yang dimiliki, belum genap 2 tahun menginjakkan kakinya di dunia sekolah, sudah mampu membuat karangan, padahal pada masa itu kita mungkin belum bisa seperti mereka. Iya kaan....!!!

saya ingin merayu sang Pencipta, memuji, mengangung agungkan naman-Nya dan memohon pada-Nya, bukan untuk ku, tapi untuk mereka:

“ Ya Allah tiada tempat kami meminta dan memohon Pertolongan Selain kepada-MU, Jadikanlah diantara  mereka  menjadi Penulis yang hebat kelak . Aamiin. 

3 komentar:

Parlina Wi mengatakan...

hahaha.. sy malah hampir lupa moment ini... saat bongkar-bongkar arsip skripsi saya nemu lembar karangan anak-anak itu lagi.. lumayan menghibur :) seandainya wkatu itu memungkinkan, saya akan ajari mereka ngeblog juga :)

Parlina Wi mengatakan...

hahaha.. sy malah hampir lupa moment ini... saat bongkar-bongkar arsip skripsi saya nemu lembar karangan anak-anak itu lagi.. lumayan menghibur :) seandainya wkatu itu memungkinkan, saya akan ajari mereka ngeblog juga :)

Ninisa mengatakan...

bagus :) tetntang pengalaman ya