Pages

Senin, 30 November 2015

Menengok Ke belakang


Mungkin ini kegiatan terakhir yang kami lakukan di kampus tercinta, membaca ratusan artikel yang diseleksi, diedit dan dipublish. Bersama kawan-kawan dan beberapa dosen Pendidikan Dasar SPs Universitas Pendidikan Indonesia kami berjuang memberikan yang terbaik untuk tamu-tamu dari beberapa perguruan tinggi di Jawa dan Sumatera. Alhamdulillah kegiatan Konferensi Nasional Pendidikan Dasar terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.


Terkadang


Terkadang kita terlalu sibuk memikirkan hal yang belum terjadi
Terlalu banyak yang kita pikirkan
Terlalu memikirkan ketakutan dalam diri
Hingga kita tak berani mengambil keputusan
Hingga kita pasrah dengan keadaan
Hingga kita membusuk dalam diam
Terkadang apa yang kita pikirkan begitu jauh dari kenyataan
Berimajinasi sesuatu yang indah terkadang tak sesuai dengan yang diharapkan
Memikirkan sesuatu yang buruk begitu dijalani tak seburuk yang ditakdirkan
Rencana kita, Angan kita hanya ilusi subuh pukul empat
kita terlalu takut
kita terpenjara pikiran kita sendiri
hingga galau menyulut membakar pagi
sampai kapan kita begini
Bukankah rencana-Nya selalu baik
Sekalipun menurut kita itu buruk, pasti ada kebaikan yang diajarkan-Nya
Bukankah Yang Maha Kasih selalu baik
Pikiran kita saja yang jelek
Yakin ke Allah
Rencana Allah adalah adalah sebaik-baik rencana.
itu saja.

Jumat, 11 April 2014

Kamu tahu

            Siang itu, sempat ngobrol dengan Abi (seorang guru SMA yang sudah dianggap seperti ayah) tentang sebuah cerita. ya cerita, cerita tentang sebuah koper tua dan tas kecil yang menyeret mimpi pemiliknya untuk meninggalkan tempat dia dilahirkan. Abi bercerita, bagaimana ayah dan ibu ke rumah menceritakan kenekatan anaknya untuk merantau untuk kembali belajar dan belajar. Sehingga tulisan ini dibuat untuk mengingat kembali tentang kisah itu.

***
Sabtu, 30 Maret 2013.

Sebuah surat kecil yang isinya tentang pernyataan dan beberapa serpihan-serpihan mimpi yang masih bisa diingat...

"Saya membuat komitmen ini untuk menjadi bahagia di masa depan. saya sadar bahwa kebahagiaan itu merupakan proses, tidak datang begitu saja, saya akan menemukan impian saya dan berbuat sebisa saya untuk:


1. Melanjutkan Studi pascasarjana Pendidikan Dasar
2. Menanggung biaya pendidikan saudara
3. Menanggung biaya keberangkatan Ayah di suatu tempat yang paling mulia menurutnya.
4. ..........................................................................
5. ..........................................................................
6. ..........................................................................
7. ..........................................................................
8. ..........................................................................

Walaupun banyak rintangan, perampok atau orang yang melecehkan diri saya untuk menyusun mimpi melalui kuliah yang baik, kerja keras dan tetap semangat. Saya akan melakukan apapun untuk mewujudkan mimpi itu”.


                                                                                                                           "  Adhi "
                                                                                                                       .......................


ya, seperti itulah adanya isi surat itu.

Dengan koper tua dan tas kecil yang baru diganti resletingnya yang rusak, tak ada yang tau kenapa koper itu di keluarkan dari tempat penyimpanan dan dibersihkan. Tidak ada yang bertanya, hanya melihat koper itu dibersihkan. Mungkin dalam hati mereka mengatakan "tumben anak ini rajin bersih-bersih, mencuci, menyetrika, merapikan tempat tidurnya", kerasukan jin baik dari mana sampai dia mau melakukan hal ini.


       Keesokkan harinya. kamu tau Handphone Nokia 7610?  Ya. biasa disebut HP daun. Dengan HP itu, dia mencari dan menemukan informasi penerimaan mahasiswa baru pascasarjana dan menemukan 2 kampus yang akan menjadi tujuannya melanjutkan studi. Malamnya, tepat di depan ruang tamu dengan kursi seadanya dan disaksikan dinding bata,  niat itu disampaikan ke Ayah dan ibunya, dengan presentasi yang begitu meyakinkan, padahal sebenarnya dia juga tidak percaya kalau orang tuanya bakalan memberikan restu karena untuk hidup sehari-hari saja itu belum cukup apalagi untuk melanjutkan kuliah dan itu sangat mustahil. Dan kamu tahu?  hari itu Ayah dan ibu menangis karena tidak percaya dengan niat gila ini. Dalam pikiran mereka, jika ini tidak dituruti, dikhawatirkan anak ini bakalan stress karena tidak terpenuhi apa yang diinginkannya.


***
Senin, 01 April 2013.


      Lonceng dari pacul bekas dipukul oleh salah seorang guru olahraga di sekolah itu berdering yang menandakan waktu upacara bendera akan segera dimulai. Pasukan merah putih lengkap dengan topi dan dasi berkumpul dan berbaris di lapangan. Hari itu kepala sekolah tidak bisa menjadi pembina upacara karena masih kurang sehat sehingga diamanahkan ke anak ini. Sebenarnya malu juga, seorang guru sukarela tanpa gaji itu berdiri di tengah lapangan dengan terik matahari yang begitu menyilaukan mata berbicara di depan anak-anak SD dan guru-guru lain. Kenapa harus dia, bukankah masih ada yang lain yang lebih senior.

      Pembawa acara dengan seragam merah putih lengkap dengan topi dan dasinya membacakan acara selanjutnya. “ Amanat “ kira-kira itu kata-kata yang sempat terdengar, pemimpin upacara mengistirahatkan semua barisannya. Pembina upacara dengan seragam hijau dan sepatu tua bekas ayahnyapun menyampaikan amanat tentang jalannya upacara dan pesan buat anak-anak tentang sesuatu yang mungkin perlu untuk disampaikan juga. Namun, dia tidak menyampaikan atau berpamitan kepada siswa ataupun guru lain kalau dia bakalan pergi meninggalkan sekolah untuk waktu yang belum ditentukan. Sebenarnya tidak baik dan tidak boleh ditiru, tapi dia memiliki pertimbangan lain dan cara berpikirnyapun berbeda dengan orang kebanyakkan. Tidak ada yang perlu dibesar-besarkan, tidak ada yang perlu tahu. Kenapa..? menurutnya jika itu disampaikan ke orang lain, maka akan banyak komentar dan itu tidak sehat untuk kedua telinganya.

            Hari itu adalah hari terakhir berada di sekolah, hari itu juga terakhir seragam hijau dipakai, hari itu juga harus meninggalkan rumah  dengan tembok bata serta lantai yang beralaskan ubin seadanya untuk waktu yang belum ditentukan. Dengan koper tua dan tas kecil dipunggungnya, jaket hijau tua yang dipakainya dengan ditemani angin yang berhembus, dia mengatakan, Selamat tinggal kampung halaman, selamat tinggal Ayah dan Ibu, selamat tinggal kakak dan adekku tercinta. Ini bukan untuk ku, tapi untuk kita.

* * *
To be continue